Orientalisme
dalam Film Anna and The King
Teori Orientalisme adalah salah satu
istilah yang terdapat dalam Teori Postkolonial. Teori ini dirangkum oleh Edward
Said. “Orient dalam istilah Said merupakan penyimbolan terhadap masyarakat dan
negara-negara timur atau negara-negara dunia ketiga yang notabenenya
negara-negara bekas jajahan Eropa dan juga negara-negara muslim.”[1] Orientalisme dapat
terlihat dalam film, salah satunya ialah Film Anna and The King yang akan menjadi bahan analisis ini. Film Anna and The King, menceritakan mengenai
seorang raja dari Siam yaitu Raja Mongkut yang mendatangkan seorang wanita
Barat bernama Anna untuk menjadi pengajar bagi seluruh anak dan istrinya. Dalam
hal ini Raja Mongkut sebagai representasi orang Timur sementara Anna, anaknya
yaitu Louis dan beberapa tamu Barat lain, merepresentasikan Barat.
Film Anna and The King ini diproduksi orang Barat yaitu oleh Lawrence
Bender. Maka dapat diketahui bahwa film ini telah dibuat melalui sudut pandang
orang Barat itu sendiri. Film ini memperlihatkan sudut pandang orang Barat
dalam melihat kehidupan di Timur. Dapat terlihat melalui karakter dalam film
ini yaitu Anna dan anaknya Louis yang datang ke Siam untuk menemui Raja
Mongkut.
Hal
pertama dalam pandangan Barat mengenai Timur, yaitu mengenai Raja Siam, bahwa
Raja Mongkut sangatlah dihormati oleh rakyat Siam sehingga rakyat Siam sendiri
haruslah sujud ketika dihadapan raja, mereka tidak diperkenankan untuk
bertatapan muka langsung dengan raja. Seperti apa yang Anna katakan kepada
anaknya, Louis:
Anna :Now,
I've heard that people used to be forbidden
to even look at his face. They
revere him as a god.
Dari
kutipan diatas, dapat diketahui bahwa menurut Anna, rakyat Siam sudah
menganggap raja nya seperti Tuhan, sehingga mereka tidak diperkenankan untuk
melihat langsung muka sang raja.
Kedua, yaitu mengenai peraturan di Siam yang
tidak biasa memperbolehkan wanita bertemu secara resmi dengan raja. Sehingga
ketika Anna datang untuk menemui Raja Mongkut, seorang ajudan kerajaan terus
menerus memanggil Anna dengan panggilan sir.
Sir, adalah panggilan orang Barat
untuk seorang pria. Hal itu membuktikan bahwa yang pada umumnya secara resmi
dapat bertemu dengan raja hanyalah pria.
Ketiga, yaitu mengenai perihal merasa
terganggunya Anna dengan pertanyaan yang diajukan Kaw Rub, seorang perdana
menteri kerajaan mengenai masalah pribadi Anna. Sebagai orang Barat, menanyakan
hal pribadi kepada orang yang baru dikenal sangatlah tidak sopan. Sementara di
Siam, berbasa-basi menanyakan masalah pribadi pada orang asing bertujuan agar
lebih sopan sebelum memulai suatu perbincangan yang lebih serius. Seperti
kutipan dibawah ini:
Kaw Rub :
How long are you in possession of
dead husband?
Anna :
23 months.
Kaw Rub : How did he die?
Anna : Can you please convey
to
His Excellency that my purpose here is as tutor to the king's eldest son, that
it is not necessary to ask any
more personal questions.Please.
Kaw Rub :
In Siam, sir... it is custom to first
ask questions of personal nature to be polite.
Keempat, yaitu menurut
Anna bahwa Orang Siam tidak bisa menepati janjinya. Dapat diketahui ketika Anna
menuntut janji kerajaan yang akan memberikannya sebuah rumah diluar area kerajaan
untuk dia tempati. Tetapi pada saat Anna datang, Anna hanya diberi tempat
tinggal didalam kerajaan. Padahal jika difikir menurut pandangan Barat, Anna adalah
seorang wanita Inggris dan bagi Siam, Inggris adalah negara yang sangat kuat di
dunia. Selain itu Anna juga sebagai tamu yang secara resmi diundang oleh raja, sudah
seharusnya Anna diperlakukan spesial dengan ditepatinya perjanjian akan rumah
yang telah dijanjikan. Tetapi di Siam segala sesuatu yang telah dijanjikan
tidak harus secepatnya ditepati, tetapi jika memang dirasa telah waktunya tiba
maka akan langsung ditepati janji itu. Sehingga hal itu lah yang membuat Anna
sedikit kecewa, karena dia tidak mendapatkan rumah yang dijanjikan dengan
segera. Seperti dalam kutipan dibawah ini:
Anna : A
monarch who refuses to keep his word is
uncivilized, unenlightened, and, frankly,ungrateful.
Kelima,
adanya pandangan Barat yang melihat Raja Mongkut mempunyai banyak istri dan
anak merupakan sesuatu yang aneh. Ketika Louis menanyakan hal tersebut kepada
Anna, dan kemudian Anna mengemukakan lagi pendapatnya sendiri akan hal itu,
seperti dalam kutipan dibawah:
Anna : Well,
uh... Siam is a monarchy, just like England, and one way that a royal family
maintains its control in the face of war and disease is to have as many
children as possible. So he needs a lot of wives to take care of them.
Selain
Louis yang mempertanyakan hal tersebut, terdapat tamu Inggris yang di undang
oleh Raja Mongkut dalam suatu jamuan makan malam yang juga mempertanyakannya
atau lebih tepat lagi menyindir Raja.
Guest :You have a
remarkable family, King Mongkut. A remarkably...large one. Hardly seems fair. All
these women for one man. Makes me wish I were Siamese myself. Ha.
Keenam,
dalam Siam terdapat suatu budaya dimana lelaki tidak pernah meminta maaf kepada
wanita. Hal ini diketahui ketika Louis meminta maaf kepada ibunya didepan
anaknya Raja Mongkut, yaitu Pangeran Chulalongkorn. Kemudian Pangeran
Chulalongkorn menjelaskan bahwa di Siam tidak ada budaya lelaki meminta maaf
kepada wanita.
Ketujuh, bahwa
dalam film ini Anna melihat adanya ketidak-adilan yang terjadi, yaitu ketika
seorang budak bernama La-ore, dirantai dan tidak diberi makan oleh majikannya,
bernama J.J Manda Ung. Padahal budak itu sudah membayar untuk kebebasannya,
tetapi majikannya merantainya dan tetap mengambil harta bayaran dari si budak.
Mengetahui hal itu Anna memberikan cincinnya kepada J.J Manda Ung demi
membebaskan budak itu. Tetapi Anna dipanggil oleh Perdana Mentri kerajaan, Kaw
Rub dan memberitahu Anna bahwa J.J Manda Ung berasal dari keluarga yang
terpandang. Setelah itu Raja Mongkut juga menjelaskan bahwa di Siam komitmen
raja terhadap keluarga yang terpandang tidak bisa di ganggu gugat. Tetapi pada akhirnya
raja menuruti kata-kata Anna untuk membiarkan budak itu bebas.
Kedelapan, yaitu
selain ketidak-adilan mengenai isu budak, terdapat juga isu percintaan. Dimana
istri baru Raja Mongkut yang bernama Tuptim, masih mencintai mantan kekasihnya
dan rela menyamar menjadi salah satu biksu demi bertemu kekasihnya itu.
Kemudian Tuptim dan kekasihnya, Balat harus dihukum karena sikap mereka dan
penghianatan Tuptim. Anna merasa hal itu tidaklah masuk akal. Seperti kutipan
dibawah ini:
Raja Mongkut : Tuptim broke
law!
Anna : By loving someone.
"Sacrifice your life for truth." " Persecute no man."
Are these not the teachings of Buddha?
Raja Mongkut : I am King, and
I say enough!
Kesembilan yaitu mengenai pendapat
orang Barat yang secara tidak langsung mengatakan bahwa Siam itu penuh dengan
kekayaan alam. Dapat terlihat dari kata-kata yang diucapkan oleh Louis dan tamu
Inggris yang diundang oleh Raja Mongkut:
Louis : Sounds like we're living in a beehive.
Guest : Well, these roof tops are a little nutty.
Dari
perkataan Louise yang menggunakan kata beehive untuk menggambarkan tempat tinggal dia
dan ibunya di kerajaan dan dari perkataan salah satu tamu mengenai bangunan
kerajaan yang seperti kacang dari kata nutty.
Dapat disimpulkan bahwa kata-kata yang diucapkan oleh orang Barat
mengandung makna tentang alam, jadi Barat melihat Timur itu sebagai negara yang
kaya akan kekayaan alamnya.
Kesimpulan dari analisis ini adalah,
bahwasannya bagaimana Barat melihat Timur terefleksikkan salah satunya melalui
film ini. Melalui karakter Anna, Louis, dan tamu Barat lainnya mereka
masing-masing memiliki pandangan mengenai Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar