Rabu, 12 Oktober 2016

Orientalisme dalam Film Anna and The King




 Orientalisme dalam Film Anna and The King

            Teori Orientalisme adalah salah satu istilah yang terdapat dalam Teori Postkolonial. Teori ini dirangkum oleh Edward Said. “Orient dalam istilah Said merupakan penyimbolan terhadap masyarakat dan negara-negara timur atau negara-negara dunia ketiga yang notabenenya negara-negara bekas jajahan Eropa dan juga negara-negara muslim.”[1] Orientalisme dapat terlihat dalam film, salah satunya ialah Film Anna and The King yang akan menjadi bahan analisis ini. Film Anna and The King, menceritakan mengenai seorang raja dari Siam yaitu Raja Mongkut yang mendatangkan seorang wanita Barat bernama Anna untuk menjadi pengajar bagi seluruh anak dan istrinya. Dalam hal ini Raja Mongkut sebagai representasi orang Timur sementara Anna, anaknya yaitu Louis dan beberapa tamu Barat lain, merepresentasikan Barat.
            Film Anna and The King ini diproduksi orang Barat yaitu oleh Lawrence Bender. Maka dapat diketahui bahwa film ini telah dibuat melalui sudut pandang orang Barat itu sendiri. Film ini memperlihatkan sudut pandang orang Barat dalam melihat kehidupan di Timur. Dapat terlihat melalui karakter dalam film ini yaitu Anna dan anaknya Louis yang datang ke Siam untuk menemui Raja Mongkut.
Hal pertama dalam pandangan Barat mengenai Timur, yaitu mengenai Raja Siam, bahwa Raja Mongkut sangatlah dihormati oleh rakyat Siam sehingga rakyat Siam sendiri haruslah sujud ketika dihadapan raja, mereka tidak diperkenankan untuk bertatapan muka langsung dengan raja. Seperti apa yang Anna katakan kepada anaknya, Louis:
Anna    :Now, I've heard that people used to be forbidden to even look at his face. They revere him as a god.

Dari kutipan diatas, dapat diketahui bahwa menurut Anna, rakyat Siam sudah menganggap raja nya seperti Tuhan, sehingga mereka tidak diperkenankan untuk melihat langsung muka sang raja.
 Kedua, yaitu mengenai peraturan di Siam yang tidak biasa memperbolehkan wanita bertemu secara resmi dengan raja. Sehingga ketika Anna datang untuk menemui Raja Mongkut, seorang ajudan kerajaan terus menerus memanggil Anna dengan panggilan sir. Sir, adalah panggilan orang Barat untuk seorang pria. Hal itu membuktikan bahwa yang pada umumnya secara resmi dapat bertemu dengan raja hanyalah pria.
 Ketiga, yaitu mengenai perihal merasa terganggunya Anna dengan pertanyaan yang diajukan Kaw Rub, seorang perdana menteri kerajaan mengenai masalah pribadi Anna. Sebagai orang Barat, menanyakan hal pribadi kepada orang yang baru dikenal sangatlah tidak sopan. Sementara di Siam, berbasa-basi menanyakan masalah pribadi pada orang asing bertujuan agar lebih sopan sebelum memulai suatu perbincangan yang lebih serius. Seperti kutipan dibawah ini:
Kaw Rub          : How long are you in possession of dead husband?

Anna                : 23 months.

Kaw Rub          : How did he die?

Anna                : Can you please convey
 to His Excellency that my purpose here is as tutor to the king's eldest son, that it is        not necessary to ask any more personal questions.Please.

Kaw Rub          : In Siam, sir... it is custom to first ask questions of personal nature to be polite.

                Keempat, yaitu menurut Anna bahwa Orang Siam tidak bisa menepati janjinya. Dapat diketahui ketika Anna menuntut janji kerajaan yang akan memberikannya sebuah rumah diluar area kerajaan untuk dia tempati. Tetapi pada saat Anna datang, Anna hanya diberi tempat tinggal didalam kerajaan. Padahal jika difikir menurut pandangan Barat, Anna adalah seorang wanita Inggris dan bagi Siam, Inggris adalah negara yang sangat kuat di dunia. Selain itu Anna juga sebagai tamu yang secara resmi diundang oleh raja, sudah seharusnya Anna diperlakukan spesial dengan ditepatinya perjanjian akan rumah yang telah dijanjikan. Tetapi di Siam segala sesuatu yang telah dijanjikan tidak harus secepatnya ditepati, tetapi jika memang dirasa telah waktunya tiba maka akan langsung ditepati janji itu. Sehingga hal itu lah yang membuat Anna sedikit kecewa, karena dia tidak mendapatkan rumah yang dijanjikan dengan segera. Seperti dalam kutipan dibawah ini:
Anna    : A monarch who refuses to keep his word is uncivilized, unenlightened, and, frankly,ungrateful.

Kelima, adanya pandangan Barat yang melihat Raja Mongkut mempunyai banyak istri dan anak merupakan sesuatu yang aneh. Ketika Louis menanyakan hal tersebut kepada Anna, dan kemudian Anna mengemukakan lagi pendapatnya sendiri akan hal itu, seperti dalam kutipan dibawah:
Anna    : Well, uh... Siam is a monarchy, just like England, and one way that a royal family maintains its control in the face of war and disease is to have as many children as possible. So he needs a lot of wives to take care of them.

Selain Louis yang mempertanyakan hal tersebut, terdapat tamu Inggris yang di undang oleh Raja Mongkut dalam suatu jamuan makan malam yang juga mempertanyakannya atau lebih tepat lagi menyindir Raja.
Guest   :You have a remarkable family, King Mongkut. A remarkably...large one. Hardly seems fair. All these women for one man. Makes me wish I were Siamese myself. Ha.

Keenam, dalam Siam terdapat suatu budaya dimana lelaki tidak pernah meminta maaf kepada wanita. Hal ini diketahui ketika Louis meminta maaf kepada ibunya didepan anaknya Raja Mongkut, yaitu Pangeran Chulalongkorn. Kemudian Pangeran Chulalongkorn menjelaskan bahwa di Siam tidak ada budaya lelaki meminta maaf kepada wanita.
Ketujuh, bahwa dalam film ini Anna melihat adanya ketidak-adilan yang terjadi, yaitu ketika seorang budak bernama La-ore, dirantai dan tidak diberi makan oleh majikannya, bernama J.J Manda Ung. Padahal budak itu sudah membayar untuk kebebasannya, tetapi majikannya merantainya dan tetap mengambil harta bayaran dari si budak. Mengetahui hal itu Anna memberikan cincinnya kepada J.J Manda Ung demi membebaskan budak itu. Tetapi Anna dipanggil oleh Perdana Mentri kerajaan, Kaw Rub dan memberitahu Anna bahwa J.J Manda Ung berasal dari keluarga yang terpandang. Setelah itu Raja Mongkut juga menjelaskan bahwa di Siam komitmen raja terhadap keluarga yang terpandang tidak bisa di ganggu gugat. Tetapi pada akhirnya raja menuruti kata-kata Anna untuk membiarkan budak itu bebas.
Kedelapan, yaitu selain ketidak-adilan mengenai isu budak, terdapat juga isu percintaan. Dimana istri baru Raja Mongkut yang bernama Tuptim, masih mencintai mantan kekasihnya dan rela menyamar menjadi salah satu biksu demi bertemu kekasihnya itu. Kemudian Tuptim dan kekasihnya, Balat harus dihukum karena sikap mereka dan penghianatan Tuptim. Anna merasa hal itu tidaklah masuk akal. Seperti kutipan dibawah ini:
Raja Mongkut : Tuptim broke law!

Anna                : By loving someone. "Sacrifice your life for truth." " Persecute no man."
Are these not the teachings of Buddha?

Raja Mongkut : I am King, and I say enough!

            Kesembilan yaitu mengenai pendapat orang Barat yang secara tidak langsung mengatakan bahwa Siam itu penuh dengan kekayaan alam. Dapat terlihat dari kata-kata yang diucapkan oleh Louis dan tamu Inggris yang diundang oleh Raja Mongkut:
Louis    : Sounds like we're living in a beehive.

Guest   : Well, these roof tops are a little nutty.

Dari perkataan Louise yang menggunakan kata beehive  untuk menggambarkan tempat tinggal dia dan ibunya di kerajaan dan dari perkataan salah satu tamu mengenai bangunan kerajaan yang seperti kacang dari kata nutty. Dapat disimpulkan bahwa kata-kata yang diucapkan oleh orang Barat mengandung makna tentang alam, jadi Barat melihat Timur itu sebagai negara yang kaya akan kekayaan alamnya.
            Kesimpulan dari analisis ini adalah, bahwasannya bagaimana Barat melihat Timur terefleksikkan salah satunya melalui film ini. Melalui karakter Anna, Louis, dan tamu Barat lainnya mereka masing-masing memiliki pandangan mengenai Timur.






[1] www.bimbie.com/teori-postcolonial.htm, didownload pada tanggal 24 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar